Otobiografi “Rico la
Dita”
Nama
saya Muhammad Rico La Dita Putra, saya biasa dipanggil Rico. Saya lahir di
Tarakan pada tanggal 24 September 1988, saya dilahirkan oleh seorang ibu yang
cantik dan bijaksana. Ibu saya bernama Fanny Rosita, beliau pernah bercerita
tentang bagaimana menjalani masa sulit pada saat saya masih berada di
kandungan, ibu di tinggal ayah yang mendapatkan pekerjaan di Kalimantan,
setelah hampir satu Bulan lebih ditinggal ayah ke Pulau sebrang, ayah
mengirimkan surat agar ibu disuruh menyusul kesana, bermodalkan selembar surat
yang berisikan kabar dan alamat Ayah, ibu pun menyusul kesana dengan saya yang
masih dikandungan dan kaka kedua saya yang bernama Fanindra Rezeky Kinanthi
sedangkan kaka pertama saya ( Fanita Indriyani ) dititipkan kepada Omah.
Akhirnya kamipun berkumpul kembali di Kota Tarakan, selang 5 Bulan sebelum saya
dilahirkan yang selalu ibu jalani adalah menjadi seorang salon keliling dimana
dia terkenal dengan sebutan “Salon Mamah Kiki”, hal ini ibu lakukan untuk
meringankan biaya kelahiran saya nanti, dikarenakan Ayah yang hanya bergaji
paspasan. itulah mengapa ada kata “ladita” pada nama saya, ladita merupakan
suatu nama kenangan yang berarti lahir di Tarakan dimana kota yang berada di
Kalimantan Timur. Setelah 3 Bulan saya lahir, Ayah pun memutuskan untuk pindah
kerja dan kembali ke Jakarta. Ayah saya berasal dari kota yang terkenal akan
pempeknya yaitu Palembang, Ayah saya bernama Indra Safri dia seorang yang
cerdas, pekerja keras, dan bertanggung jawab. Dari dulu beliau ingin sekali
punya anak laki-laki agar bisa bermain bola bareng, dan akhirnya lahirlah saya,
bayi mungil yang kini menjadi penikmat sepakbola, seperti yang pernah
diinginkannya.
Semasa kecil saya dan keluarga tinggal di
Jatipadang daerah Jakarta Selatan, tidak banyak yang saya ingat pada masa ini,
yang saya tahu saya pernah nyebur ke kali karena kejar layangan putus di
samping rumah, Ibu pernah bilang kalau dahulu saya pernah juga di patok ayam
percis di bawah mata saya, yang sampai sekarang bekasnya belum hilang. Saya
pernah merasakan kebahagiaan di TK nol kecil namun hanya sebentar Karena kami
sekeluarga harus kembali pindah rumah ke Kota Cirebon pada Tahun 1993. Di kota
inilah banyak kebahagiaan yang saya rasakan dan jarang sekali saya lihat pada
sekarang ini, seperti : mandi di kali, main kelereng, main benteng, main petak
umpet, main layangan, sampai dengan mencari tebu di pinggiran sawah. Ya…
Cirebon merupakan kota yang sejuk, sampai sekarang pemandangannya tak pernah
hilang dari keindahan. Pegunungan dan Sungai yang jernih masih menjadi ciri
khas dari kota yang terkenal dengan Kota Udang.
Pada
Tahun 1994 saya memulai debut sekolah dasar, waktu itu saya masih berumur enam
tahun, saya didaftarkan disalah satu SD ternama yaitu SDN Ippor II, jarak dari
rumah ke sekolah lumayan jauh untuk anak yang baru memulai pendidikan dasar,
apalagi saya tidak punya teman bareng untuk berangkat sekolah dikarenakan
teman-teman saya di kampung lebih memilih sekolahan yang butuh 5 menit dari
rumah, sedangkan saya harus menggunakan angkutan umum yang dikenakan tarif 50
perak untuk anak sekolah, 50 rupiah cukup besar pada tahun 1994. Awal awal
masuk sekolah dasar, saya memang masih di antar tunggu sama ibu, namun hanya waktu
2 minggu kemudian ibu mencoba
memberanikan diri untuk melepas anak lelakinya berangkat ke sekolah
sendiri, dikarenakan kaka saya lebih memilih menjadi siswa baru Kelas 3 di
sekolahan dekat rumah. Di SDN Ippor ini saya mendapatkan banyak teman baru,
pengetahuan baru. Saya terbilang rajin hingga akhir cawu III pun saya
mendapatkan peringkat 6, peringkat ini terbilang bagus dikarenakan sekolah saya
yang terkenal favorit.
Kebahagiaan dengan teman-teman
kecil ini hanya sampai saya kelas 4 SD, Ayah yang dipindah kerja di Cikarang
memutuskan membeli rumah di daerah Tambun, alhasil kamipun sekeluarga harus
ikut. Sedih rasanya harus berpisah dengan teman-teman SDN Ippor dan teman-teman
satu kampung di Cirebon begitupun harus meninggalkan kota yang setiap hari dirasakan
kesejukannya.
Di
Kota Tambun 1998, ya saya mulai tumbuh menjadi anak baru kelas 4, ayah saya
mendaftarkan SD saya tidak jauh dari rumah dan hanya butuh 7 menit jika
menggunakan sepeda. Sd baru saya bernama SDN Mangun Jaya 06, disinilah saya
menemukan teman-teman baru, lingkungan yang baru, dan Bahasa baru, Karena di
Cirebon saya terbiasa dengan menggunakan bahasa sunda. Awal mula yang saya
rasakan menjadi anak baru di sini sangatlah pemalu saya tidak terbiasa
berkenalan secara individu kepada teman-teman yang terlihat asing bagi saya,
saya harus maju kedepan kelas dan memperkenalkan diri saya sendiri, saat itulah
buat saya sangat gugup. Hari demi hari berlalu tidak terasa 2 tahun saya berada
disini, temanpun sudah banyak yang saya kenal, tidak jarang teman-teman saya
datang kerumah dan mengajak bermain. Akhirnya tiba saatnya di penghujung
perpisahan SD. Tidak terasa sebentar lagi saya akan memakai seragam biru putih,
begitulah yang ada dalam benak saya kala itu.
Tahun
2000 saya lulus SD dan melanjutkan ke SMP yang terkenal akan kedisiplinannya,
ibu saya mendafartarkan saya pada salah satu Sekolah swasta yaitu SLTP Jaya
Suti Abadi, tiga tahun mengabdi disini membuat saya banyak mendapatkan ilmu
pelajaran baru yang saya tidak temukan di SD dulu, saya pun mulai berani untuk
terjun langsung kedalam Extrakurikuler, saya mengikuti exskul Sepakbola dan
Tae-kwondo. Tanpa terasa tahunpun begitu cepat berlalu dan Rico kecilpun mulai tumbuh menjadi anak remaja yang mulai memperhatikan
penampilan. 2003 saya lulus SMP dan keterima di salah satu Sekolah Negeri
terbaik di Tambun yaitu SMAN II Tambun Selatan atau yang biasa dikenal UGB, SMA
ini memang terkenal favorit disini saya butuh “ancaman” dari Ibu agar masuk
sekolah ini, jelas ini sebuah perjuangan keras. Dulu ibu selalu bilang kalo
saja saya tidak keterima di UGB atau sekolah Negeri lainnya Ibu mungkin tidak
mau urusin pendafatarin SMA baru. Di SMA lah mungkin yang akan selalu saya
ingat, dimana banyak kenangan yang sampai sekarang jelas akan selalu teringat mungkin
akan jadi bekal cerita untuk anak saya nanti, di sanalah saya temukan cinta
pertama, bertemu sahabat yang dulu selalu bareng saat SD, di marahi guru,
terlambat masuk sekolah sampai disuruh berdiri di depan tiang bendera upacara
pun pernah saya rasakan. Itu akan menjadi moment yang tidak akan pernah bisa
dilupakan. Ada pertemuan pasti akan ada perpisahan begitulah yang saya
pikirkan, lagi-lagi saya harus berpisah dengan teman-teman sekolah saya, walau
sudah terbiasa dengan hal seperti ini tetap saja kesedihan selalu saja hadir di
penghujung perpisahan. Canda, tawa, cerita, bahagia, duka mungkin telah
terangkum dalam 3 tahun penuh warna ceria.
Pertengahan
2006, setelah sibuk mencari Universitas mana yang cocok, akhirnya Ayah
“mengasingkan” saya untuk kuliah di Kota Bandung, dari dulu saya memang sangat
tertarik dalam dunia perhotelan, karena suatu hari nanti saya ingin seperti om
saya yang sudah berlayar keliling dunia, begitulah pandangan hidup saya dulu.
Akhirnya saya daftar di Akademi Pariwisata Nasional Indonesia (AKPARINDO) salah
satu universitas di Kota Kembang. Awal-awal di Bandung membuat saya tidak
kerasan karena semuanya harus mandiri, meskipun ada kaka saya disini yang 2
tahun lebih dulu merasakan pahitnya jauh dari Orang Tua, tetap saja tidak bisa
mengandalkan dirinya Karena kita sama-sama punya tanggung jawab. Jauh dari
orang tua membuat saya selalu rindu akan masakan Ibu, Ibu pandai sekali masak
dia tau makanan kesukaan anak-anaknya, oleh karena itu setiap saya dan kaka
saya pulang kerumah ibu selalu menyiapkan masakan kesukaan kita.
Hari
demi hari berlalu, bulan demi bulan terlewati, saya pun sudah terbiasa dengan
suasana di kota yang terkenal akan Monumen nya ini, daerah-daerah di sana pun
mungkin sudah tidak asing lagi saya lewati, sampai akhirnya tiba pada
pertengahan Agustus 2008. Saya pun sudah memasuki semester 5, dimana semester
ini adalah sebuah uji coba dari pihak kampus untuk mengirimkan mahasiswa nya
mengikuti PKL (Praktek Kerja Lapangan) selama 6 Bulan. Pilihan saya pun jatuh pada
sebuah pulau yang saya tidak tau asal usulnya namun mempunyai keindahan
tersendiri pada Hotel dan pantainya, ya… Bintan Lagoon Resort, Hotel ini berada
di Pulau Bintan berlokasi di Kepulauan Riau Tanjung Pinang. Berpangkat bintang
5, Bintan Lagoon menjadi daya tarik wisatawan asing. Keindahan pantai pasir
putihnya menjadikan hotel ini dengan sebutan “The New Bali”, saya pun sangat
tertarik untuk bisa bekerja disana. Setelah proses persiapan selesai, akhirnya
awal September 2008 saya dan kedua teman kampus saya berangkat menuju Bintan
untuk mengikuti PKL selama 6 bulan. Pahit manis telah saya rasakan di pulau
ini, sulitnya mengerti bahasa yang di gunakan masyarakat disana menjadi suatu
masalah awal, maklum mayoritas di pulau ini penduduknya menggunakan bahasa
Minang dan Mandarin. Waktupun tidak terasa begiitu cepat berlalu, 6 Bulan
terasa begitu singkat yang ternyata saya merasakan keinginan untuk lebih lama
berada di Pulau terpencil namun mempunyai segudang keindahan. Pada akhirnya,
akhir Febuary 2009 saya pun selesai dan harus kembali ke Bandung untuk
melanjutkan kuliah yang masih menyisakan 6 bulan lagi untuk mendapatkan gelar
Amd.
Akhir
Agustus 2009 saya pun memulai sidang D3, dan awal Januari 2010 saya merasakan
kebahagiaan menjadi wisudawan di Akparindo, saya memutuskan kembali ke Tambun
untuk tinggal dan mencari pekerjaan disana, berkumpul dengan keluarga dan
teman-teman satu perumahan adalah pilihan terbaik bagi saya. Mulai berpikir
bahwa saya sudah tidak bisa merasakan terus uang jajan dari orang tua, saya
mulai menyiapkan berkas lamaran, berbagai macam interview saya jalanin, hingga
akhirnya Randoe Resort Hotel menerima saya sebagai karyawan kontrak selama 3
bulan, disana saya menjabat sebagai Waiter hingga kontrak saya di perpanjang
menjadi 6 bulan karir saya mulai naik menjadi Captain Waiter disana, adanya
peluang yang lebih baik membuat saya memutuskan untuk tidak memperpanjang
kontrak disana. Pada akhirnya tahun 2011 saya mencoba peruntungan bekerja dalam
bidang yang tidak ada kaitannya dalam dunia perhotelan yang selama ini saya
tekuni, saya berkerja di PT. Surya Alam Perkasa, dimana perusahaan ini bergerak
dalam bidang Suplier Machine Hydraulic & Pneumatic. Awal- awal di sana saya
menjabat sebagai marketing lapangan, saya harus ditargetkan mencari order dan
mencari customer sebanyak-banyaknya, hingga tidak terasa saya di sana sudah
memasuki tahun kedua 2013, saya pun bukan lagi sebagai marketing, pada tahun
2013 saya menjabat sebagai Marketing Office dan Purchasing, pekerjaan saya
sudah lebih banyak di habiskan di dalam ruangan ber-AC.
Pertengahan 2013
saya mulai memikirkan untuk melanjutkan studi saya ke jenjang yang lebih tinggi
(S1), atas dorongan motivasi dari kaka dan orang tua saya, akhirnya pada Juli
2013 saya mendaftarkan diri untuk menjadi mahasiswa Universitas Guna Darma.
Proses demi proses saya lewati dari pendaftaran formulir, test, sampai Medichal
check up pun telah saya lalui, akhirnya resmi lah saya menjadi mahasiswa Sistem
Informasi Malam di Universitas Gunadarma, jurusan yang saya ambil memang tidak
ada kaitannya dalam kampus saya yang lama, namun saya beranggapan bahwa saya
harus memperdalam dunia computer yang menurut saya sangat penting pada jaman
serba canggih sekarang ini. Gunadarma tahu betul tentang itu, kampus ini menjadi
salah satu kampus terbaik di dalam sistem komputernya. Oleh sebab itu saya
memilih untuk kuliah lagi disini, di satu sisi lainnya tempatnya yang sangat
strategis dari tempat tinggal dan terjangkau dari jarak kantor saya yang hanya
membutuhkan waktu 45 menit dari kantor kerumah dan langsung ke kampus.
Dalam satu tahun
atau dua semester saya berada di kampus J1 Kalimalang ini, banyak ilmu yang
saya dapatkan, bukan saja dari sistem komputernya saja , namun ilmu Softskill
juga saya dapatkan dari semester satu dan dua, dimana saya harus membuat
kelompok dan memberikan tugas video yang telah di temakan tentang kebudayaan
dan kesenian di Indonesia, ada juga tugas video tentang pandangan masyarakat
untuk orang-orang bertatoo. Banyak sekali ilmu yang di dapatkan dan sangat
berguna dalam kehidupan sehari – hari. Kini saya sudah memasuki semester tiga
di tahun 2014. Begitulah kisah hidup saya dalam 25 tahun yang saya singkat
dalam sebuah catatan ini. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membacanya.
Tambun, 02 October 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar