ILMU, PENGETAHUAN
DAN BAHASA :
Menurut bahasa, arti kata ilmu berasal dari bahasa Arab
(ilm), bahasa Latin (science) yang berarti tahu atau mengetahui atau memahami.
Sedangkan menurut istilah, ilmu adalah pengetahuan yang sistematis atau ilmiah.
Perbedaan ilmu dan pengetahuan yaitu : Secara umum, Pengertian Ilmu merupakan
kumpulan proses kegiatan terhadap suatu kondisi dengan menggunakan berbagai
cara, alat, prosedur dan metode ilmiah lainnya guna menghasilkan pengetahuan
ilmiah yang analisis, objektif, empiris, sistematis dan verifikatif. Sedangkan
pengetahuan (knowledge ) merupakan kumpulan fakta yang meliputi bahan dasar
dari suatu ilmu, sehingga pengetahuan belum bisa disebut sebagai ilmu, tetapi
ilmu pasti merupakan pengetahuan.
Ontologi :
merupakan salah satu kajian filsafat yang
paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang
bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis
dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles.
Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakandengan kenyataan.
Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan
substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih
penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari
satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri
sendiri).
Pengertian
Epistemologi:
Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat
yang berurusan dengan hakikat dan linkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian
dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai
pengetahuan yang dimiliki.
Mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuasaan
pengenalannya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya para filosof pra
Sokrates, yaitu filosof pertama di alam tradisi Barat, tidak memberikan
perhatian pada cabang filsafat ini sebab mereka memusatkan perhatian, terutama
pada alam dan kemungkinan perubahan, sehingga mereka kerap dijuluki filosof
alam.
Metode ernpiris yang tela:n dibuka oleh Aristoteles mendapat
sambutan yang besar pada Zaman Renaisans dengan tokoh utamanya Francis Bacon
(1561-1626). Dua di antara karya-karyanya yang menonjol adalah The
Advancement of Learning dan Novum Organum (organum baru).
Fisafat Bacon mempunyai peran penting dalam metode Irrduksi
dan sistematis menurut dasar filsafatnya sepenuhnya bersifat praktis, yaitu
untuk memberi kekuasaan pada manusia atas alam melalui peyelidikan ilmiah. mam.
Karena itu usaha yang ia lakukan pertama kali adalah menegaskan tujuan
pengetahuan. Menurutnya, pengetahuan tidak akan mengalami perkembangan, dan
tidak akan bermakna kecuali ia mernpunyai kekuatan yang dapat membantu meraih
kehidupan yang lebih baik.
Sikap khas Bacon mengenai ciri dan tugas filsafat tampak
paling mencolok dalam Novum Organum. Pengetahuan dan kuasa manusia satu
sama lain, menurutnya alam tidak dapat dikuasai kecuali dengan jalan
menaatinya, agar dapat taat pada alam. Manusia perlu mengenalnya terlebih
dahuku dan untuk mengetahui alam diperlukan observasi. Pengetahuan, penjelasan.
dan pembuktian.
Umat manusia ingin menguasai alam tetapi menurut Bacon,
keinginan itu tidak tercapai sampai pada zamannya hidup, hal ini karena
ilmu-imu pengetahuan berdaya guna dalam mencapai hasilnya, sementara logika
tidak dapat digunakan untuk mendirikan dan membangun ilmu pengetanuan. Bahkan,
Bacon meganggap logika lebih cocok untuk melestarikan kesalahan dan kesesatan
yang ada ketimbang mengejar menentukan kebenaran.
Kegunaan
Aksiologi Terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun
ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi
seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia.
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu
atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan
melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
1. Filsafat sebagai
kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut
mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu
sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya
mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori
filsafat ilmu.
2. Filsafat sebagai
pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya
diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai
pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
3. Filsafat sebagai
metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada
batui didepan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka
batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu
dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang
sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana
maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang
detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam
kehidupan manusia.
Menyusun Hipotesa
Apakah hipotesa itu? Ada banyak definisi hipotesa yang pada
hakikatnya mengacu pada pengertian yang sama. Diantaranya ialah hipotesa adalah
jawaban sementara terhadap masalah yang sedang diteliti.
Menurut Prof. Dr. S. Nasution definisi hipotesa ialah “pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya”. (Nasution:2000)
Asal dan Fungsi Hipotesa
Hipoptesa dapat diturunkan dari teori yang berkaitan dengan masalah yang akan kita teliti. Misalnya seorang peneliti akan melakukan penelitian mengenai harga suatu produk maka agar dapat menurunkan hipotes yang baik, sebaiknya yang bersangkutan membaca teori mengenai penentuan harga.
Hipotesa merupakan kebenaran sementara yang perlu diuji kebenarannya oleh karena itu hipotesa berfungsi sebagai kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori. Jika hipotesa sudah diuji dan membuktikan kebenaranya, maka hipotesa tersebut menjadi suatu teori. Jadi sebuah hipotesa diturunkan dari suatu teori yang sudah ada, kemudian diuji kebenarannya dan pada akhirnya memunculkan teori baru.
Fungsi hipotesa menurut Menurut Prof. Dr. S. Nasution ialah sbb:
1) untuk menguji kebenaran suatu teori,
2) memberikan gagasan baru untuk mengembangkan suatu teori dan
3) memperluas pengetahuan peneliti mengenai suatu gejala yang sedang dipelajari.
Pertimbangan dalam Merumuskan Hipoptesa
Dalam merumuskan hipotesa peneliti perlu pertimbangan-pertimbangan diantaranya:
• Harus mengekpresikan hubungan antara dua variabel atau lebih, maksudnya dalam merumuskan hipotesa seorang peneliti harus setidak-tidaknya mempunyai dua variable yang akan dikaji. Kedua variable tersebut adalah variable bebas dan variable tergantung. Jika variabel lebih dari dua, maka biasanya satu variable tergantung dua variabel bebas.
• Harus dinyatakan secar jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan hipotesa harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna tidak boleh menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna. Jika hipotesa dirumuskan secara umum, maka hipotesa tersebut tidak dapat diuji secara empiris.
• Harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinka untuk diungkapkan dalam bentuk operasional yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan secara empiris. Sebaiknya hipotesa jangan mencerminkan unsur-unsur moral, nilai-nilai atau sikap.
Menurut Prof. Dr. S. Nasution definisi hipotesa ialah “pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya”. (Nasution:2000)
Asal dan Fungsi Hipotesa
Hipoptesa dapat diturunkan dari teori yang berkaitan dengan masalah yang akan kita teliti. Misalnya seorang peneliti akan melakukan penelitian mengenai harga suatu produk maka agar dapat menurunkan hipotes yang baik, sebaiknya yang bersangkutan membaca teori mengenai penentuan harga.
Hipotesa merupakan kebenaran sementara yang perlu diuji kebenarannya oleh karena itu hipotesa berfungsi sebagai kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori. Jika hipotesa sudah diuji dan membuktikan kebenaranya, maka hipotesa tersebut menjadi suatu teori. Jadi sebuah hipotesa diturunkan dari suatu teori yang sudah ada, kemudian diuji kebenarannya dan pada akhirnya memunculkan teori baru.
Fungsi hipotesa menurut Menurut Prof. Dr. S. Nasution ialah sbb:
1) untuk menguji kebenaran suatu teori,
2) memberikan gagasan baru untuk mengembangkan suatu teori dan
3) memperluas pengetahuan peneliti mengenai suatu gejala yang sedang dipelajari.
Pertimbangan dalam Merumuskan Hipoptesa
Dalam merumuskan hipotesa peneliti perlu pertimbangan-pertimbangan diantaranya:
• Harus mengekpresikan hubungan antara dua variabel atau lebih, maksudnya dalam merumuskan hipotesa seorang peneliti harus setidak-tidaknya mempunyai dua variable yang akan dikaji. Kedua variable tersebut adalah variable bebas dan variable tergantung. Jika variabel lebih dari dua, maka biasanya satu variable tergantung dua variabel bebas.
• Harus dinyatakan secar jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan hipotesa harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna tidak boleh menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna. Jika hipotesa dirumuskan secara umum, maka hipotesa tersebut tidak dapat diuji secara empiris.
• Harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinka untuk diungkapkan dalam bentuk operasional yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan secara empiris. Sebaiknya hipotesa jangan mencerminkan unsur-unsur moral, nilai-nilai atau sikap.